Hukum

Pahami segi Hukum dalam mempersiapkan pernikahan.

Keuangan

Cek pengaturan keuangan diri dan pasangan anda.

Medis

Bangun kebiasaan hidup sehat dan cegah penyakit.

Psikologi

Belajar berkomunikasi, memahami diri sendiri dan pasangan.

Umum

Topik-topik yang umum dan kira nya berguna untuk kita ketahui.

Home » Psikologi

Konflik dalam hubungan, sehatkah?

Submitted by on May 1, 2013 – 8:11 amOne Comment

Whenever you are in conflict with someone, there is one factor that can make the difference between damaging your relationship and deepening it. That factor is attitude. – William James

 

Konflik merupakan hal yang wajar terjadi di dalam setiap hubungan. Bahkan, pada kasus tertentu tidak ada konflik justru merupakan tanda adanya masalah dalam hubungan. Tidak adanya konflik bisa berarti hubungan tersebut tidak “hidup”, tidak ada energi, dan tidak ada passion di dalam hubungannya. Apapun yang dilakukan oleh pasangan seakan tidak memiliki pengaruh apapun. Justru pada saat pasangan saling peduli, berbagi dan berinteraksi, mereka akan menemukan adanya perbedaan dan terciptalah konflik. Namun, berada dalam hubungan yang selalu dipenuhi konflik tentu saja tidak menyenangkan.

berantemHasil penelitian mengenai konflik menemukan bahwa kesuksesan dalam hubungan bukan ditentukan dari ada atau tidaknya konflik, tetapi bagaimana menghadapi konflik. Jadi, konflik bisa merusak atau memperkuat hubungan juga bergantung dari bagaimana kita menghadapinya, Teman Pranikah. Wah, padahal banyak sekali ya pembicaraan kita di topik sebelumnya seperti #ekspektasi #berubah dsb yang bisa memicu konflik.

Bagaimana cara membuat konflik agar membuat hubungan semakin kuat ya? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melakukan ini, beberapa diataranya adalah

1.  Sadari bahwa setiap orang dalam hubungan memiliki kontribusi dalam terjadinya konflik.

Pertengkaran di dalam hubungan biasanya tidak terjadi begitu saja, atau hanya kesalahan satu orang saja. Setiap orang bisa saja membawa masalah dalam hubungan dan memunculkan reaksi yang berkontribusi terjadinya konflik. Penting bagi masing – masing pihak untuk mengetahui pemicu dari masalah yang membuat konflik berulang atau meningkat intensitasnya.

2. Ekspresikan apa yang dirasakan, tanpa menyalahkan.

3. Dengarkan apa yang dikatakan oleh pasangan tentang apa yang dirasakan dan belajar untuk memberikan respon dan validasi apa yang dirasakan.

Kebanyakan pasangan lebih banyak akhirnya berargumen dalam mempertanyakan perasaan pasangan. Misalnya “kamu masa kayak gitu aja marah?”. Setiap perasaan yang dirasakan adalah benar, menurut orang tersebut, dan pasangan perlu belajar untuk menerima itu.

4. Fokus pada menyelesaikan masalah, bukan memenangkan ego.

Seringkali, orang memiliki kesulitan untuk kompromi dan mencapai kesepakatan karena ego. Perlu diingat bahwa resolusi konflik bukan untuk membuktikan siapa yang benar dan salah, tetapi mencari cara agar kamu bisa merasa lebih baik. Meminta maaf juga perlu lho dalam konflik. Meminta maaf bukan berarti kamu salah dan dia benar, tapi kamu tahu bahwa hubungan kamu lebih berarti daripada sekedar siapa yang paling benar.

5. Sadari bahwa kamu dan pasangan memiliki hubungan yang setara.

Hindari untuk mendikte apa yang sebaiknya/seharusnya dilakukan oleh pasangan. Biasanya ini malah membuat pasangan menjadi defensif dan merasa dipaksa untuk melakukan sesuatu di luar keinginannya.

6. Fokus kepada masalah yang ada saat ini.

Seringkali, masalah yang ada saat ini juga adalah akibat dari masalah di masa lalu yang belum selesai. Kalau ini yang terjadi tetap fokus terhadap masalah yang terjadi saat ini dan dampaknya. Mengungkit terus masa lalu hanya akan memperburuk suatu hubungan.

7. Minta jeda waktu jika dibutuhkan.

Mencoba untuk menyelesaikan masalah ketika sedang dalam keadaan emosional seringkali tidak menyelesaikan masalah. Kenali bagaimana teman pranikah mengelola perasaan marah juga jadi penting untuk resolusi konflik.  Tujuan adanya jeda waktu ini supaya masing – masing pihak memiliki kesempatan untuk mendinginkan kepala, sehingga nanti proses solusi konflik lebih bisa ke arah yang konstruktif.

8. Pahami bahwa tidak semua hal harus diselesaikan.

Kebanyakan orang bisa melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda. Setiap orang bisa memiliki opini, mengatasi sesuatu, dan perasaan yang berbeda. Kemauan untuk menerima bahwa perbedaan pendapat itu boleh saja, bisa mengurangi tekanan / perasaan dipaksa bahwa ada sesuatu yang perlu diubah. Terkadang, hanya mererima bahwa perbedaan pendapat dalam suatu masalah itu dibolehkan sudah cukup kok.

Menyelesaikan konflik memang membutuhkan banyak keterampilan dan komitmen untuk mempertahankan hubungan. Pertengkaran seringkali memang tidak dapat terhindarkan. Karena itu perlu adanya negosiasi, kompromi dan berbagi untuk membentuk hubungan yang sehat. Masih banyak lagi cara untuk melakukan manajemen konflik, kita bahas di artikel-artikel selanjutnya ya.

Perlu diingat bahwa merubah kebiasaan bagaimana teman Pranikah dan pasangan untuk menghadapi konflik tidak mudah, tetapi bisa dilakukan. Teman Pranikah bisa memilih untuk mengekspresikan perasaan dengan cara yang lebih konstruktif sehingga membangun kedekatan, pemahaman dan kepercayaan. Konflik jadi sesuatu yang konstruktif atau destruktif, pilihan ada di tangan Teman Pranikah tentunya. 😉

 

Tags:

One Comment »

Leave a comment to tie

Add your comment below, or trackback from your own site. You can also Comments Feed via RSS.

Be nice. Keep it clean. Stay on topic. No spam.

You can use these tags:
<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

This is a Gravatar-enabled weblog. To get your own globally-recognized-avatar, please register at Gravatar.


1 + 6 =