Hukum

Pahami segi Hukum dalam mempersiapkan pernikahan.

Keuangan

Cek pengaturan keuangan diri dan pasangan anda.

Medis

Bangun kebiasaan hidup sehat dan cegah penyakit.

Psikologi

Belajar berkomunikasi, memahami diri sendiri dan pasangan.

Umum

Topik-topik yang umum dan kira nya berguna untuk kita ketahui.

Home » Psikologi

Modal cinta dalam hubungan, cukup gak?

Submitted by on June 18, 2013 – 6:43 pmNo Comment

 .. after all, actions speak louder than words. “Without expression” (of the components), even the greatest of loves can die.” – Sternberg

Kalau udah membicarakan tentang hubungan, biasanya kaitannya sama cinta-cintaan deh. Aduh udah ngomongin cinta aja ya. Memangnya cinta itu apa sih teman Pranikah? Kalau ditanya tentu banyak sekali definisi tentang cinta ya mulai dari penjelasan secara biologis, neurologis, fisika, psikologi, dkk. Apapun definisinya, kebanyakan orang sepakat bahwa perasaan jatuh cinta membuat diri kita merasa lebih baik tentang diri kita sendiri. Karena saat jatuh cinta, perasaan senang, percaya diri, pintar dan aman adalah perasaan yang secara alami muncul.

“nikah tu gak semuanya pake cinta, ujungnya komitmen”, “cinta gk cukup, emang cinta bisa kasih loe makan?”, “nikah tuh harus pake cinta lagi, klo gak loe ngapain nikah”. Nah lho, familiar gak dengan kata-kata kayak gini? Parahnya lagi komentar-komentar seperti ini kadang bisa buat ‘panas’ juga dan diskusi tak berujung. Padahal sama-sama benernya lho. Lho kok bener? Nah terus kenapa “cinta” bisa dimaknai berbeda pada orang yang juga berbeda?.

Robert Sternberg mengemukakan teorinya tentang cinta yang dikenal dengan nama “Triangle of Love”. Tenang, ini maksudnya bukan cinta segitiga dimana salah satu pihak ngerasa pihak lain jadi pemberi harapan palsu dan salah situ pihak berselingkuh/diselingkuhi kok. 😀

Menurut Sternberg, cinta itu terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu passion, intimacy dan commitment.

  • Intimacy – perasaan tentang kedekatan, keterikatan, keterhubungan, kepercayaan dan persahabatan dalam suatu hubungan.  Intimacy biasanya ditandai dengan adanya keterbukaan (self disclosure). Kalau teman Pranikah ingin mengenal seseorang, tahap awal tentunya biarkan mereka belajar tentang diri kita kan. Ada 10 (sepuluh) elemen dalam komponen intimacy, yaitu:
  1. memperhatikan kesejahteraan pasangan,
  2. merasakan perasaan bahagia saat bersama pasangan. Sama – sama membangun ingatan yang menyenangkan yang nantinya bisa dipergunakan saat hubungan sedang memasuki masa sulit.
  3. Menghargai pasangan. Meskipun pasangan memiliki kekurangan, ini tidak membuat dia menjadi pasangan yang tidak baik. Etapi diliat ya kekurangannya apa. Kalau kekurangannya adalah suka memukul dan merendahkan teman Pranikah wah tanda hubungan tidak sehat itu.
  4. Bisa diandalkan saat pasangan membutuhkan. Pasangan tentu tidak bisa selalu ada buat teman Pranikah setiap saat setiap waktu, namun, saat teman pranikah membutuhkan, dia bisa diandalkan untuk memberikan dukungan yang diperlukan.
  5. Saling pengertian satu sama lain. Garis bawahi kata saling. Masalah dalam hubungan sering terjadi karena pasangan merasa sudah mengerti dan merasa tidak dimengerti. Bahasa kerennya berharap pasangan jadi ‘mind reader’. Tentu saja masalahnya jadi tidak selesai. Kalau ini yang terjadi komunikasikan ya 😉
  6. Saling berbagi.
  7. Menerima dukungan emosional dari pasangan
  8. Memberikan dukungan emosional kepada pasangan
  9. Memiliki komunikasi yang intim dengan pasangan. Pasangan bisa mengemukakan apa yang dirasakan dan dipikirkan secara jujur tanpa merasa takut.
  10. Menjadikan pasangan sebagai orang yang memiliki peran penting dalam kehidupan.

 

  • Passion – ketertarikan fisik, romance, and dorongan seksual dalam hubungan. Passion biasanya lebih dikaitkan ke ekspresi dari harapan dan keinginan seperti self esteem, nurturance, afiliasi, dominasi,maupun pemenuhan seks.  Jadi passion tidak selalu berhubungan dengan seks. Misalnya, ada seseorang yang yang merasa kesepian di rumah, orang tua sering bertengakar, tidak memiliki orang lain sebagai tempat bercerita. Ia kemudian bertemu dengan seseorang yang bisa memberikan kehangatan, kenyamanan untuk bercerita yang membuat ia menemukan ‘keluarga’ yang selama ini ia dambakan.
  • Commitment – dalam jangka pendek, ini adalah keputusan untuk saling mencintai satu sama lain. Dalam jangka panjang, ini adalah komitmen untuk menjaga cinta tersebut. Biasanya dimulai dari nol, dan kemudian meningkat seiring berjalannya hubungan.

Dalam hubungan, masalah tentu saja merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Akan ada masa ‘jatuh’ ‘bangun juga dalam hubungan yang bisa mempengaruhi hubungan. Saat ini terjadi, komitmen lah yang membuat hubungan bisa bertahan.

Meskipun ketiga komponen ini semua penting, namun, seberapa besar porsinya tergantung dari hubungan yang dijalani. Misalnya dalam hubungan yang relatif singkat biasanya passion memiliki porsi yang lebih besar, intimacy sedang dan komitmen bisa ada sedikit atau tidak sama sekali.

Kalau tadi kita sempat menyinggung kenapa cinta bisa dimaknai berbeda oleh setiap orang, karena bentuk cinta bisa bermacam-macam. Berdasarkan ketiga kompenen cinta di atas, Sterberg mengelompokan 8 (delapan) tipe cinta, yaitu:

  1. Liking. hanya ada intimacy tanpa passion dan komitmen. Karakteristik hubungan seseorang merasa memiliki ikatan, mendapatkan kehangatan dan kedekatan tetapi tidak intense.Biasanya cinta ini muncul dalam hubungan pertemanan. Tidak jarang juga persahabatan disertai dengan adanya passion atau komitmen jangka panjang, tapi biasanya ini hubungannya sudah lebih ke persahabatan, atau lebih dari sekedar sahabat.
  2. Infatuated love. Biasanya lebih dikenal dengan “cinta pada pandangan pertama” tetapi tidak ada intimacy dan komitmen. Biasanya memunculkan gejala fisik juga seperti jantung berdebar, meningkatkan sekresi hormonal yang menunjukkan adanya ketertarikan. Cinta ini biasanya tidak bertahan lama karena tidak disertai adanya intimacy dan komitmen. Kalau ternyata nanti muncul intimacy dan passion mungkin tidak? Tentu saja mungkin, tapi beda lagi nama cintanya 😀
  3. Empty love. Ada komitmen, tetapi tidak ada passion dan intimacy. Dalam budaya yang menikah karena perjodohan, biasanya hubungan dimulai dengan empty love. Bentuk cinta ini juga bisa terjadi pada pasangan yang memutuskan untuk tidak bercerai demi anak-anak. Jadi empty love bisa berada di awal hubungan untuk ditambah dengan komponen lain, atau bisa juga tanda akhir hubungan.
  4. Romantic love. Muncul karena adanya keterikatan secara emosional dan fisik.
  5. Companionate love. Sering ditemukan pada pasangan yang sudah lama menikah dimana passion sudah mulai hilang tetapi ada afeksi dan komitmen yang mendalam. Ini juga bisa ditemukan dalam hubungan dengan keluarga, saudara atau persahabatan.
  6. Fatuos love. Komitmen dalam hubungan lebih banyak dipengaruhi oleh passion, tanpa diimbangi dengan adanya intimacy. Biasanya ada dalam hubungan “rebound”.
  7. Consummate love. Ini adalah bentuk cinta yang ideal, dimana semua komponen cinta ada di dalamnya yaitu intimacy, komitmen dan passion.
  8. Non love. Tidak ada komponen cinta terlibat.

Jadi, dalam suatu hubungan baik itu intimacy, passion dan komitmen semua penting. Lalu, kalau hubungan teman Pranikah bukan consummate love yang paket lengkap apakah jadi bukan hubungan yang baik? Tentu saja tidak. Teman Pranikah sendiri dan pasangan yang memilih untuk memiliki hubungan yang seperti apa. Komponen ini cuma untuk melihat dimana kekuatan hubungan teman Pranikah, dan bagian mana yang perlu ditingkatkan dalam hubungan. Selain itu, bentuk cinta bisa berubah seiring berjalannya waktu dalam hubungan teman #pranikah.

Apapun komponennya, yang penting wujudkan semua itu dalam bentuk aksi. Kalau mengutip kata Sterberg “ .. after all, actions speak louder than words. “Without expression” (of the components), even the greatest of loves can die.”

Buat yang mau mengetahui tipe cinta dengan pasangan yang mana, bisa juga isi kuesioner disini http://www.mhhe.com/socscience/hhp/fahey7e/wellness_worksheets/wellness_worksheet_032.html . Meskipun bahasa cinta setiap orang berbeda, Yuk jadikan cinta sebagai kata kerja!

 

sumber:

Sternberg, Robert. J. (1988). The Triangle of Love : Intimacy, Passion, Commitment. USA : Basic Books, Inc

Leave a comment!

Add your comment below, or trackback from your own site. You can also Comments Feed via RSS.

Be nice. Keep it clean. Stay on topic. No spam.

You can use these tags:
<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

This is a Gravatar-enabled weblog. To get your own globally-recognized-avatar, please register at Gravatar.


5 − = 2